Industri
entertainment Korea ( lebih tepatnya Korea Selatan ), memang sedang berada
dalam masa – masa terbaik mereka. Tidak hanya dalam musik KPop ataupun drama
korea yang sudah mendunia, industri film mereka pun sudah tidak bisa dipandang
sebelah mata. Beberapa film produksi sineas negeri ginseng seperti My Sassy
Girl dan Tale Of Two Sisters bahkan telah diadaptasi oleh sineas Amerika.
Salah satu film
Korea Selatan yang dirilis tahun 2011 yang cukup menarik perhatian saya adalah
Sunny. Film karya dari Kang Hyeong Cheol ini berhasil masuk dalam 13 besar film
dengan pendapatan terbesar hingga akhir
tahun 2012 sepanjang sejarah perfilman di Korea Selatan. Sutradara Kang Hyeong
Cheol sendiri mendapat penghargaan sebagai sutradara terbaik ( Best Director )
dalam ajang penghargaan Grand Bell Awards di Korea Selatan. Film yang cukup
menjanjikan bukan ?
Sunny
mengisahkan tentang seorang ibu rumah tangga bernama Im Na Mi (diperankan Yoo
Heo Jeong) yang menjalani kehidupan rumah tangga yang normal sebagaimana mestinya.
Namun dibalik itu semua, dirinya memiliki kegelisahan yang hanya bisa ia simpan
sendiri. Suatu ketika saat menjenguk ibunya di rumah sakit, Im Na Mi bertemu
teman masa sekolahnya dulu bernama Ha Chun Hwa yang juga sedang dirawat disana.
Ha Chun Hwa meminta Na Mi untuk mencari teman – teman mereka dulu saat masih
sekolah. Im Na Mi menyanggupi permintaan tersebut, dan memulainya dengan
mengunjungi sekolah mereka dulu. Saat berada di gerbang sekolah, setting mulai
berubah ke tahun 1980-an, dimana Im Na Mi muda (diperankan Shim Eun Kyung)
sedang bersiap memasuki sekolah barunya sebagai murid pindahan.
Film ini akan
membawa anda pada alur maju mundur, bagaimana perjuangan Im Na Mi dewasa
berusaha mengumpulkan teman – teman (atau lebih tepatnya teman satu geng) di
masa sekolahnya, dan juga mengikuti kisah Im Na Mi muda di masa sekolahnya pada
tahun 1980-an. Penggambaran tahun 80-an dibuat secara mendetail dan menarik
sehingga anda tidak akan bingung pada peralihan waktu dalam film ini.
Sebagai “bukan
orang Korea”, sungguh menarik untuk
melihat kehidupan Korea Selatan, tepatnya di Seoul, saat itu. Sekolah
tempat Na Mi dan teman – temannya belajar adalah sekolah khusus perempuan yang
dimasa itu belum ada tipikal seragam sekolah seperti yang sering kita lihat pada
drama Korea. Kita akan melihat bagaimana produk Nike dan Adidas menjadi tolak
ukur seberapa “gaul” anak muda saat itu. Terbentuknya perkumpulan kecil (geng)
menjadi gaya hidup dikalangan pelajar.
Geng Na Mi dan teman – temanya bernama Sunny.
Unsur komedi
dalam film ini sangat jelas tersampaikan, dan mungkin mambuat anda sedikit
terbahak – bahak. Salah satu scene yang cukup menghibur saya adalah saat
geng-nya Na Mi berantem dengan geng musuhnya di tengah – tengah demonstrasi
para mahasiswa. Apanya yang lucu berantem saat ada demonstrasi ? Tonton aja
dech !
Belum lengkap
jika sebuah film tidak disertai dengan bumbu – bumbu cinta. Tentu saja Na Mi
muda mempunyai cinta pertama pada pria pujaan hati yang telah menarik
perhatiannya. Sebagai seorang secret admirer yang cuma bisa mengagumi dari
jauh, mudah tertebak nasib cinta Na Mi seperti apa.
Secara garis
besar saya sangat menyukai film ini. Kita tidak akan bosan melihat bagaimana pepindahan
waktu yang dibuat secara halus dan menarik. Cerita yang terkesan sederhana
namun mampu menyentuh dan sedikit menguras emosi kita ( cuma sedikit ya ). Walaupun
seluruh cast utama dalam film ini adalah perempuan, namun ini bukanlah film
feminim yang penuh drama dan kisah stereotype percintaan remaja sekolah.
Dibalik itu semua, nilai persahabatan lebih ditonjolkan dalam cerita.
Musik dalam film ini juga mengambi referensi dari beberapa musik
hit di tahun 1980-an seperti "Touch by Touch" dari Joy, "Girls Just Want to
Have Fun"
oleh Cyndi Lauper, "Reality" oleh Richard Sanderson, dan lagu "Sunny" dari Bobby Hebb yang dicover
oleh Boney M di tahun 1976 dan juga lagu Korea "In My Dreams" oleh Jo
Duk-bae dan "I See" oleh Nami.
Entah mengapa penggambaran
karakter Na Mi dan teman – temannya saat muda dan dewasa terlalu berbanding
terbalik, jika tidak didukung cerita yang jelas, rasanya akan sulit
membayangkan siapa menjadi siapa. Atau mungkin ini memang sengaja dilakukan
untuk menggambarkan bahwa takdir bisa mengubah nasib seseorang secara drastis. Mari
coba untuk mengingat teman – teman masa
kecil anda dulu. Lalu bandingkan dengan kondisi mereka saat ini. Mungkin akan
ada memori yang membuat anda senyum – senyum sendiri sambil membayangkannya.
Menurut saya yang
agak mengecewakan dari film ini justru pada endingnya. Entah kenapa saya merasa
ending film ini terasa kurang greget dan cenderung biasa saja. Padahal
menjelang akhir film, adegan demi adegan sudah hampir mencapai klimaks. Menariknya
film – film Korea biasanya mempunyai kejutan – kejutan yang manis di endingnya.
Tapi terlepas dari itu semua saya menikmati film ini secara keseluruhan. Film
ini bisa menjadi refrensi untuk anda penikmat film ringan namun dapat
memberikan kesan yang mendalam.
Happy Watching !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar