Pages

Kamis, 17 Maret 2016

Review Film Sunny ( Korean Movie )




Industri entertainment Korea ( lebih tepatnya Korea Selatan ), memang sedang berada dalam masa – masa terbaik mereka. Tidak hanya dalam musik KPop ataupun drama korea yang sudah mendunia, industri film mereka pun sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa film produksi sineas negeri ginseng seperti My Sassy Girl dan Tale Of Two Sisters bahkan telah diadaptasi oleh sineas Amerika.

Salah satu film Korea Selatan yang dirilis tahun 2011 yang cukup menarik perhatian saya adalah Sunny. Film karya dari Kang Hyeong Cheol ini berhasil masuk dalam 13 besar film dengan pendapatan  terbesar hingga akhir tahun 2012 sepanjang sejarah perfilman di Korea Selatan. Sutradara Kang Hyeong Cheol sendiri mendapat penghargaan sebagai sutradara terbaik ( Best Director ) dalam ajang penghargaan Grand Bell Awards di Korea Selatan. Film yang cukup menjanjikan bukan ?

Sunny mengisahkan tentang seorang ibu rumah tangga bernama Im Na Mi (diperankan Yoo Heo Jeong) yang menjalani kehidupan rumah tangga yang normal sebagaimana mestinya. Namun dibalik itu semua, dirinya memiliki kegelisahan yang hanya bisa ia simpan sendiri. Suatu ketika saat menjenguk ibunya di rumah sakit, Im Na Mi bertemu teman masa sekolahnya dulu bernama Ha Chun Hwa yang juga sedang dirawat disana. Ha Chun Hwa meminta Na Mi untuk mencari teman – teman mereka dulu saat masih sekolah. Im Na Mi menyanggupi permintaan tersebut, dan memulainya dengan mengunjungi sekolah mereka dulu. Saat berada di gerbang sekolah, setting mulai berubah ke tahun 1980-an, dimana Im Na Mi muda (diperankan Shim Eun Kyung) sedang bersiap memasuki sekolah barunya sebagai murid pindahan.

Film ini akan membawa anda pada alur maju mundur, bagaimana perjuangan Im Na Mi dewasa berusaha mengumpulkan teman – teman (atau lebih tepatnya teman satu geng) di masa sekolahnya, dan juga mengikuti kisah Im Na Mi muda di masa sekolahnya pada tahun 1980-an. Penggambaran tahun 80-an dibuat secara mendetail dan menarik sehingga anda tidak akan bingung pada peralihan waktu dalam film ini.



Sebagai “bukan orang Korea”, sungguh menarik untuk  melihat kehidupan Korea Selatan, tepatnya di Seoul, saat itu. Sekolah tempat Na Mi dan teman – temannya belajar adalah sekolah khusus perempuan yang dimasa itu belum ada tipikal seragam sekolah seperti yang sering kita lihat pada drama Korea. Kita akan melihat bagaimana produk Nike dan Adidas menjadi tolak ukur seberapa “gaul” anak muda saat itu. Terbentuknya perkumpulan kecil (geng) menjadi gaya hidup  dikalangan pelajar. Geng Na Mi dan teman – temanya bernama Sunny. 



Unsur komedi dalam film ini sangat jelas tersampaikan, dan mungkin mambuat anda sedikit terbahak – bahak. Salah satu scene yang cukup menghibur saya adalah saat geng-nya Na Mi berantem dengan geng musuhnya di tengah – tengah demonstrasi para mahasiswa. Apanya yang lucu berantem saat ada demonstrasi ? Tonton aja dech !



Belum lengkap jika sebuah film tidak disertai dengan bumbu – bumbu cinta. Tentu saja Na Mi muda mempunyai cinta pertama pada pria pujaan hati yang telah menarik perhatiannya. Sebagai seorang secret admirer yang cuma bisa mengagumi dari jauh, mudah tertebak nasib cinta Na Mi seperti apa.

Secara garis besar saya sangat menyukai film ini. Kita tidak akan bosan melihat bagaimana pepindahan waktu yang dibuat secara halus dan menarik. Cerita yang terkesan sederhana namun mampu menyentuh dan sedikit menguras emosi kita ( cuma sedikit ya ). Walaupun seluruh cast utama dalam film ini adalah perempuan, namun ini bukanlah film feminim yang penuh drama dan kisah stereotype percintaan remaja sekolah. Dibalik itu semua, nilai persahabatan lebih ditonjolkan dalam cerita.



Musik dalam film ini juga mengambi referensi dari beberapa musik hit di tahun 1980-an seperti "Touch by Touch" dari  Joy, "Girls Just Want to Have Fun" oleh Cyndi Lauper, "Reality" oleh Richard Sanderson, dan lagu "Sunny" dari Bobby Hebb yang dicover oleh Boney M di tahun 1976 dan juga lagu Korea "In My Dreams" oleh Jo Duk-bae dan "I See" oleh Nami.







Entah mengapa penggambaran karakter Na Mi dan teman – temannya saat muda dan dewasa terlalu berbanding terbalik, jika tidak didukung cerita yang jelas, rasanya akan sulit membayangkan siapa menjadi siapa. Atau mungkin ini memang sengaja dilakukan untuk menggambarkan bahwa takdir bisa mengubah nasib seseorang secara drastis. Mari coba untuk  mengingat teman – teman masa kecil anda dulu. Lalu bandingkan dengan kondisi mereka saat ini. Mungkin akan ada memori yang membuat anda senyum – senyum sendiri sambil membayangkannya.



Menurut saya yang agak mengecewakan dari film ini justru pada endingnya. Entah kenapa saya merasa ending film ini terasa kurang greget dan cenderung biasa saja. Padahal menjelang akhir film, adegan demi adegan sudah hampir mencapai klimaks. Menariknya film – film Korea biasanya mempunyai kejutan – kejutan yang manis di endingnya. Tapi terlepas dari itu semua saya menikmati film ini secara keseluruhan. Film ini bisa menjadi refrensi untuk anda penikmat film ringan namun dapat memberikan kesan yang mendalam.

Happy Watching !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar